Alun-alun Utara memiliki fungsi, antara lain:
1. Tempat berkumpul prajurid pada saat akan berangkat perang.
2. Tempat berkumpul rakyat kerajaan pada saat mendengarkan pengumuman pengumuman penting atau Undang-undang dari Raja.
3. Tempat untuk latihan perang.
4. Tempat rampokan (aduan hewan dengan hewan atau dengan manusia).
5. Tempat rakyat jelata ataupun sentono dalem dan abdi dalem melakukan topo pepe (duduk diam diantara dua pohon beringin ditengah alun-alun, untuk dapat dilihat dan dipanggil menghadap raja, sebagai upaya mencari keadilan langsung, atau mohon ampun langsung kepada raja).
Disebut dengan istilah alun-alun, karena diwaktu siang hari disaat sinar matahari panas membakar, tempat tersebut terlihat bergetar bagai ombak mengalun (bahasa Jawa: amun-amun apindo alun). Ada juga pengertian bahwa alun-alun, dari asal kata jawa alon-alon atau berjalan lambat-lambat atau sabar.
Di area Alun-alun Utara, terdpt pasang pohon beringin kembar, antara lain:
1. Dua buah beringin kembar terletak disebelah selatan Gapura Pamurakan yang dikelilingi masing masing oleh pagar tembok dan besi berwujud segi delapan. Pohon beringin disebelah Timur dinamakan Waringin Wok (beringin perempuan), tempat istirahat para prajurit Bang Wetan; dan disebelah Barat diberi nama Waringin Godeg atau Jenggot (laki-laki), tempat istirahat para prajurid Bang Kulon.Kedua beringin tersebut merupakan simbol peringatan bahwa asal kehidupan diciptakan Allah melalui pria dan wanita (ayah dan ibu), sehingga manusia ada. Sehingga dua pohon beringin tersebut juga merupakan lambang dari kesuburan.
2. Dua pohon beringin kembar terletak tepat ditengah Alun-alun Utara, yang dikenal sebagai Waringin Kurung Sakembaran. Disebut kurung, karena masing masing pohon diberi batas berupa jeruji besi disekitarnya. Pohon beringin sebelah Timur dinamakan Kyai Jayandaru (sinar kemenangan) dan beringin disebelah Barat diberi nama Kyai Dewandaru (sinar Illahi atau sinar keluhuran). Kedua beringin ini merupakan beringin yang dibawa dari karaton lama, pada saat perpindahan karaton dari Kartosura ke Surakarta.
Ringin Kurung Sakembaran mempunyai arti simbolistis:
a. Kesempurnaan hidup yang harus dicapai manusia.
b. Kemenangan dan keluhuran.
c. Kekuasaan dan kebijaksanaan raja (hayom, hayem, dan hayu).
d. Pangayoman hukum.
Dengan kata lain, makna tersebut dapat diartikan bahwa manusia harus benar-benar sudah dapat menghilangkan atau mengekang nafsu pribadinya, sehingga dapat mencapai tingkat jaya (kemenangan dalam mencapai hidup sejati). Hal ini diyakini karena bagi manusia yang telah mencapai tingkat kesempurnaan tersebut, dia akan selalu disinari oleh sinar Illahi (keluhuran budi pekerti).
1. Berkaitan dengan mitos Jawa, di dalam kehidupan masyarakat Surakarta tumbuh kepercayaan-keperyaan mengenai Ringin Sakembaran, antara lain:
Apabila seseorang mendapatkan daun beringin kurung sakembaran tersebut dua buah yang jatuh ke tanah, satu jatuh menghadap keatas dan satu jatuh menghadap kebawah (godong mlumah-kurep), maka benda tersebut dapat dipakai sebagai pusaka atau jimat yang membawa berkah selamat.
2. Apabila seseorang melakukan tirakat atau prihatin (meditasi) dibawah pohon beringin tersebut, atau berjalan mengelilingi sebanyak 7 kali, apa yang menjadi kehendaknya akan terkabulkan.
Dua pohon beringin kembar yang berada dibatas ruang Alun-alun Utara sebelah Selatan, pohon beringin sebelah Timur disebut Waringin Gung (tinggi), dan yang sebelah Barat disebut Waringin Binatur (pendek), yang mengandung arti simbolis bahwa Karaton Surakarta adalah duwur tan ngungkul-ngungkuli, andap tan keno kinungkulan (tinggi yang tak berlebihan, dan rendah tetapi tidak boleh ada yang meremehkan).
Baca Selanjutnya..
1. Tempat berkumpul prajurid pada saat akan berangkat perang.
2. Tempat berkumpul rakyat kerajaan pada saat mendengarkan pengumuman pengumuman penting atau Undang-undang dari Raja.
3. Tempat untuk latihan perang.
4. Tempat rampokan (aduan hewan dengan hewan atau dengan manusia).
5. Tempat rakyat jelata ataupun sentono dalem dan abdi dalem melakukan topo pepe (duduk diam diantara dua pohon beringin ditengah alun-alun, untuk dapat dilihat dan dipanggil menghadap raja, sebagai upaya mencari keadilan langsung, atau mohon ampun langsung kepada raja).
Disebut dengan istilah alun-alun, karena diwaktu siang hari disaat sinar matahari panas membakar, tempat tersebut terlihat bergetar bagai ombak mengalun (bahasa Jawa: amun-amun apindo alun). Ada juga pengertian bahwa alun-alun, dari asal kata jawa alon-alon atau berjalan lambat-lambat atau sabar.
Di area Alun-alun Utara, terdpt pasang pohon beringin kembar, antara lain:
1. Dua buah beringin kembar terletak disebelah selatan Gapura Pamurakan yang dikelilingi masing masing oleh pagar tembok dan besi berwujud segi delapan. Pohon beringin disebelah Timur dinamakan Waringin Wok (beringin perempuan), tempat istirahat para prajurit Bang Wetan; dan disebelah Barat diberi nama Waringin Godeg atau Jenggot (laki-laki), tempat istirahat para prajurid Bang Kulon.Kedua beringin tersebut merupakan simbol peringatan bahwa asal kehidupan diciptakan Allah melalui pria dan wanita (ayah dan ibu), sehingga manusia ada. Sehingga dua pohon beringin tersebut juga merupakan lambang dari kesuburan.
2. Dua pohon beringin kembar terletak tepat ditengah Alun-alun Utara, yang dikenal sebagai Waringin Kurung Sakembaran. Disebut kurung, karena masing masing pohon diberi batas berupa jeruji besi disekitarnya. Pohon beringin sebelah Timur dinamakan Kyai Jayandaru (sinar kemenangan) dan beringin disebelah Barat diberi nama Kyai Dewandaru (sinar Illahi atau sinar keluhuran). Kedua beringin ini merupakan beringin yang dibawa dari karaton lama, pada saat perpindahan karaton dari Kartosura ke Surakarta.
Ringin Kurung Sakembaran mempunyai arti simbolistis:
a. Kesempurnaan hidup yang harus dicapai manusia.
b. Kemenangan dan keluhuran.
c. Kekuasaan dan kebijaksanaan raja (hayom, hayem, dan hayu).
d. Pangayoman hukum.
Dengan kata lain, makna tersebut dapat diartikan bahwa manusia harus benar-benar sudah dapat menghilangkan atau mengekang nafsu pribadinya, sehingga dapat mencapai tingkat jaya (kemenangan dalam mencapai hidup sejati). Hal ini diyakini karena bagi manusia yang telah mencapai tingkat kesempurnaan tersebut, dia akan selalu disinari oleh sinar Illahi (keluhuran budi pekerti).
1. Berkaitan dengan mitos Jawa, di dalam kehidupan masyarakat Surakarta tumbuh kepercayaan-keperyaan mengenai Ringin Sakembaran, antara lain:
Apabila seseorang mendapatkan daun beringin kurung sakembaran tersebut dua buah yang jatuh ke tanah, satu jatuh menghadap keatas dan satu jatuh menghadap kebawah (godong mlumah-kurep), maka benda tersebut dapat dipakai sebagai pusaka atau jimat yang membawa berkah selamat.
2. Apabila seseorang melakukan tirakat atau prihatin (meditasi) dibawah pohon beringin tersebut, atau berjalan mengelilingi sebanyak 7 kali, apa yang menjadi kehendaknya akan terkabulkan.
Dua pohon beringin kembar yang berada dibatas ruang Alun-alun Utara sebelah Selatan, pohon beringin sebelah Timur disebut Waringin Gung (tinggi), dan yang sebelah Barat disebut Waringin Binatur (pendek), yang mengandung arti simbolis bahwa Karaton Surakarta adalah duwur tan ngungkul-ngungkuli, andap tan keno kinungkulan (tinggi yang tak berlebihan, dan rendah tetapi tidak boleh ada yang meremehkan).