Photobucket

Jumat, Januari 23, 2009

AMBARAWA











Kecamatan Ambarawa terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Kecamatan ini luasnya sekitar 5.611 hektare. Penduduknya sebesar 80.801 jiwa dan kepadatannya adalah 14 jiwa per ha.
Pada era kerajaan kerajaan Mataram (Amangkurat II) kawasan ini bernama Limbarawa. Dulu Ambarawa pernah menjadi ibu kota Kabupaten Semarang. Sekarang ibu kotanya adalah Ungaran. Ambarawa juga disebut sebagai kota Palagan Ambarawa, dan terdapat Musium Palagan Ambarawa, Musium Kereta Api Ambarawa dan Benteng Williem II.
Sedikit cerita tentang kota berhawa sejuk ini. Ada legenda yang melatarinya, yakni legenda Rawapening. Rawa ini memang terbentang amat luasnya. Rawa inilah yang menjadi sebab mengapa kota ini bernama Ambarawa, yang artinya rawa yang luas (amba=luas; bhs. Jawa). Dan, sampai saat ini Rawapening tersebut pun masih ada.

Ngomong-omong soal Ambarawa ada yang tahu nggak di mana letak kota ini? Ambarawa adalah kota kecil yang terletak di Jawa Tengah, lebih tepatnya terletak di jalur jalan raya antara Semarang dan Magelang. Kalau dari Semarang silakan ambil jurusan Jogja/Solo, begitu sampai Bawen jalur terpecah menjadi dua, lurus menuju Solo, ke kanan menuju Jogja. Dari Bawen kira2 1,5 km kita akan sampai di Ambarawa.Jangan bayangkan kota ini kota yang hiruk pikuk, dan jangan harappula kita akan menemukan mall di sana. Kota ini kota kecil, dan aktivitas paling rame cuma terjadi di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Semarang - Jogja, terutama di Pasar Projo (Pasar Kupang) yang terletak di pinggir jalan raya tersebut, yang dari pagi sampai sore selalu macet.Ambarawa selain udaranya masih sejuk, pemandangannya pun indah dikelilingi oleh gunung Merbabu, Telomoyo dan gunung Ungaran. Airnya pun bagus, tidak heran di beberapa kawasan industri ada pabrik pengemasan air minum.Meski kota ini kota kecil, namun sesungguhnya kota ini menyimpan sejarah yang akan selalu dikenang oleh bangsa ini talkala masa clash pasukan Republik di bawah pimpinan Jenderal Sudirman memukul pasukan Belanda mundur ke arah Semarang. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Palagan Ambarawa (palagan artinya medan peperangan).
Museum palagan untuk mengenang kepahlawan pasukan republik bisa kita temui di sana. Museum Isdiman Palagan Ambarawa didirikan tahun 1973 dan berada di pusat kota Ambarawa, tepatnya dipinggir jalan utama Semarang-Jogja dekat Museum Kereta Api. Dengan tiket seharga Rp1000,00, pengunjung bisa melihat koleksi berbagai senjata, sebuah pesawat Mustang P51 (COCOR MERAH), dan perlengkapan lain yang digunakan tentara Indonesia dalam perang kemerdekaan. Masih di seputaran ini, Benteng Willem II terlihat mencolok karena ukurannya dan temboknya yang bercat putih. Selain museum palagan, kita juga bisa menemui museum kereta api, dan konon museum kereta ini paling lengkap menyimpan koleksi kereta api jaman dahulu, bahkan sampai pernah Pemerintah Belanda atau Jerman kabarnya menginginkan salah satu kolesi kereta tersebut. Dan uniknya kereta api tersebut yang notabene masih digerakkan oleh tenaga uap masih terpelihara dengan baik dan bisa beroperasi. Kereta tersebut sekarang dioperasikan sebagai kereta pariwisata yang menempuh rute Ambarawa - Bedono dengan jalur menanjak sehingga kereta ini dilengkapi dengan roda bergerigi. Jalur tersebut didominasi pemandangan sawah ladang dan kebun kopi dengan latar belakang gunung Merbabu yang tinggi menjulang serta gunung Telomoyo yang indah. Selain kereta api masih ada kereta diesel yang menempuh rute Ambarawa Tuntang, melewati pinggiran danau Rawapening. Selain menikmati pemandangan danau Rawapening dari kereta, kita bisa juga berperahu sambil memancing ikan dengan menyewa perahu dari nelayan setempat.Meski terlihat indah, namun kita menyimpan kekuatiran yang dalam akibat sedimentasi cukup parah yang diakibatkan oleh gulma tumbuhan air yaitu enceng gondok yang bikin gondok. Kalau sedimentasi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin nantinya rawapening berubah menjadi daratan dan tinggal cerita saja.

Sementara itu kalau kita melewati jalan raya yang menuju Solo (sebelum Salatiga) mata kita pasti akan disuguhi pemandangan danau Rawapening di jalur yang menanjak. Kalau kita mengendarai kendaraan pribadi bisa berhenti meluangkan waktu sejenak untuk menikmati pemandangan tersebut, atau bisa juga kita masuk ke komplek wisata yang banyak ditemui di sepanjang jalan tersebut, salah satunya adalah Bukit Cinta. Entah kenapa dinamakan bukit cinta, mungkin karena letaknya berada di atas bukit dengan pemandangan danau menghampar di bawah yang indah sehingga menjadikan suasana romatis untuk memadu kasih. Ada lagi kalau kita mau sedikit wisata sambil berolah raga, candi Gedong Songo bisa dipilih sebagai tujuan. Candi Gedong Songo terletak di lereng gunung Ungaran. Dari Ambarawa kita akan melewati kawasan wisata Bandungan (seperti kawasan puncak) namun terus menanjak karena letaknya cukup tinggi. Mobil bisa mencapai lokasi ini. Menjejakkan kaki di pelataran candi anganpun bisa melayang ke sebuah negeri khayalan. Bagaimana tidak? Kabut putih akan segera menyergap kita, meskipun kita masih berada di kaki candi. Belum lagi udara dingin yang menggigilkan sumsum. Kemudian, memandang ke atas akan terlihat gugusan sembilan candi yang berdiri megah berpencar. Candi ini memang dibangun berpencar dan tersusun di atas bukit. Satu bangunan candi berdiri di atas lahan sendiri seluas sekitar 150 X 30 meter persegi. Bangunan candi berurutan. Candi pertama menempati lokasi paling bawah, kemudian berurutan naik dengan jarak bervariasi antara candi pertama, kedua dan seterusnya.
Letak candi tidak berdiri berurutan seperti anak tangga. Antara bangunan yang satu dengan yang lain terkadang berada dalam arah yang berbeda. Tapi, yang pasti, urutannya selalu naik ke atas. Otomatis, kita akan berjalan melingkar-lingkar jika hendak mencapai bangunan candi berikut. Sekadar saran, bila anda ingin mendaki menikmati keindahan sembilan candi ini baiknya anda mengambil jalan ke kiri setelah melewati gerbang lokawisata. Memang tak ada aturan untuk itu. Namun, dengan demikian pendakian menuju candi berikut akan terus berurutan. Semakin tinggi kita mendaki matapun takkan lelah memandang. Di kanan-kiri jalan setapak, yang mulus diberi paving block, terlihat pemandangan alam yang indah. Pepohonan pinus terlihat menjulang di kejauhan dengan pucuknya yang seolah hendak menusuk awan-gemawan. Makin ke atas udara makin dingin namun sangat menyegarkan. Kabutpun terus melingkar-lingkar di sekitar kita.
Menapaki bangunan candi dari urutan pertama hingga sembilan memberi kesan tersendiri di hati. Jalan yang mendaki berkelok, bangunan candi yang kokoh berdiri di ketinggian, udara yang sejuk, kabut tipis yang selalu melayang memberi kenangan eksotis yang tak terlupakan. Candi ini dinamakan Gedong Songo karena memang terdiri dari sembilan bangunan candi. Dalam bahasa Jawa, Gedong berarti bangunan dan Songo artinya sembilan. Dan, sesuai dengan urutannya candi ke sembilan berdiri anggun di puncak bukit. Konon bangunan candi yang ke sembilan ini melambangkan perjalanan akhir manusia mencapai kesempurnaannya. Bentuk bangunan candi bercirikan bangunan dari kerajaan Hindu Nusantara. Di mana setiap bangunan memiliki ruangan untuk tempat pemujaan. Selain bangunan candi, ada obyek lain yang ditawarkan lokawista ini, yakni sumber air panas belerang. Menjelang puncak bukit terdapat beberapa titik sumber air panas yang berbentuk kolam-kolam kecil. Pengunjung bisa istirahat di sini, sambil menikmati pemandangan sekitarnya yang hijau dan dingin basah. Keberadaan lokawisata candi Gedong Songo memang sudah tak asing lagi bagi para pelancong. Saat musim liburan lokawisata ini akan ramai dikunjungi. Pelancong tak hanya datang dari kota-kota sekitar lokawista, tapi juga dari kota lain seperti Semarang, Solo, Yogyakarta bahkan Jakarta.

Ambarawa juga menawarkan pesona keindahan alam bagi wisatawan yang datang berkunjung. Salah satu tempat yang menarik dikunjungi adalah kawasan Bandungan. Kawasan ini merupakan sebuah Molokai peristirahatan yang terletak sekitar 7 km dari Ambarawa. Saat ini, Bandungan sudah dilengkapi berbagai fasilitas mulai hotel berbagai kelas, pasar buah dan sayur, taman bunga, kolam renang, tempat pertemuan dan lahan perkemahan. Produk paling terkenal dari kawasan ini adalah Tahu Serasi Bandungan. Selain panorama pegunungan, Ambarawa juga menyajikan ketenangan Rawa Pening. Rawa Pening adalah sebuah rawa di kaki Gunung Merbabu, Telomoyo, Ungaran dan Kendali Sodo dan masuk dalam wilayah 4 kecamatan di Kabupaten Semarang. Pengunjung juga bisa menaiki perahu menyusuri rawa ini. Salah satu produk terkenal dari desa-desa di sekitar Rawa Pening adalah kerajinan eceng gondok. Bagi anda para penggemar tanaman hias dan tanaman bunga, Ambarawa terutama di daerah Bandungan merupakan surga belanja tanaman tersebut karena harganya cukup murah dengan aneka tanaman yang lengkap. Namun saya sendiri lebih suka membeli bunga mawar yang menurut saya murah sekali harga per kuntumnya bila kita bandingkan dengan membeli mawar di kota. Bahkan warnanya pun sangat beraneka ragam, dari merah, pink, putih ada semua, maklum di sini banyak sekali terdapat perkebunan mawar yang menyuplai mawar untuk kota-kota sekitarnya. Pokoknya kita akan puas sekali membeli mawar di sini baik untuk kita pajang di vas bunga maupun kita berikan kepada seseorang.

Ambarawa adalah tempat yang pas untuk mencari ketenangan saat liburan. Hawa kota yang sejuk segar, pusat kota yang tidak hingar bingar, tersedianya fasilitas akomodasi yang memadai adalah alasan Ambarawa bagi Kota Semarang bisa disejajarkan dengan Kawasan Puncak bagi Jakarta. Liburan anda juga lebih berkesan dengan paket naik kereta api wisata menyusuri desa-desa, yang merupakan satu-satunya di Pulau Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar