Salah satu makanan khas Ambarawa, Serabi Ngampin yang banyak dijual sepanjang jalan Jogja-Semarang, tepatnya di daerah Ambarawa.Ternyata kue serabi itu ada berbagai jenis. Salah satunya ya Serabi Ngampin ini. Bedanya dengan serabi yang lain, serabi ini berendam dalam kuah manis yang terbuat dari santan dan gula jawa saat dinikmati.
Serabinya sendiri ternyata ada beberapa tipe, tipe tawar dan tipe manis. Yang tawar, permukaan serabi hanya berwarna putih atau hijau, sedangkan yang manis permukaannya ada warna coklat karena dicampur dengan sedikit gula jawa.Serabi Ngampin banyak dijual di kedai-kedai kecil berderet sepanjang jalan Mgr Soegiyopranoto, atau lebih dikenal dengan jalan raya Ambarawa-Semarang. Kedai-kedai mungil ini berdiri di sekitar kantor kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Dinamakan Serabi Ngampin karena memang serabi ini dijual di daerah Ngampin, Ambarawa. Serabi ini juga sering disebut dengan Serabi Kucur karena penggunaan kuah santan manis tadi.
Di dalam ruang kedai kayu berukuran sekitar 1½ x 1½ meter ini saya menemukan sebuah meja dan 2 buah tungku tanah liat berbahan bakar kayu. Serabi-serabi yang sudah matang diletakkan dalam sebuah nampan yang ditutup dengan plastik mengerucut ke atas. Fungsinya selain untuk melindungi serabi dari asap kendaraan yang lewat di depannya juga untuk menarik perhatian.
Satu porsi Serabi Ngampin berisi 4 buah serabi yang diletakkan di dalam mangkok kemudian diguyur dengan santan manis yang masih hangat. Weh, seger banget! Weh..
Santan yang ndak terlalu manis bercampur dengan serabi tawar yang empuk dan halus memberikan sensasi tersendiri. Seger tenan! Ternyata serabi ini dimasak dengan cara yang tradisional dan unik. Serabi dimasak dengan wajan kecil yang terbuat dari tanah liat. Wajan ini kemudian diletakkan di atas tungku tanah liat pula yang berbahan bakar kayu.
Penggunaan tanah liat dan bahan bakar kayu ini tentu ada alasannya. Kayu bakar mampu menghasilkan panas yang tetap dan stabil bila dibandingkan dengan kompor. Tanah liat juga menghantarkan panas dengan unik, sehingga serabi akan matang dengan pas dan ndak mudah gosong. Adonan tepung beras dituang ke dalam wajan dengan menggunakan sendok sayur kecil. Kemudian wajan tanah liat tadi ditutup dengan penutup berbentuk seperti piring terbalik yang juga terbuat dari tanah liat. Ndak lama, sekitar 3 menitan, serabi pun matang lalu diangkat dengan menggunakan sendok kayu (sothil). Serabi pun merekah seketika saat diangkat dari wajan. Lubang-lubang kecil di permukaan serabi terbentuk akibat uap yang terlepas dari adonan serabi. Bau harum pun langsung tercium. Dengan cekatan, ibu penjual meletakkannya ke dalam nampan kerucut tadi. Konon para penjual serabi ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Walau makanan ini khas Ambarawa, namun serabi ini hanya dijual di daerah Ngampin. Menikmati seporsi Serabi Ngampin itu hanya 2.500 rupiah saja. Sebagai oleh-oleh, selain serabi ada Kerupuk Sermiyer yang juga dijual di kedai itu. Kerupuk Sermiyer adalah kerupuk yang terbuat dari singkong. Kerupuk ini sangat tipis dan garing, sehingga mudah remuk. Kerupuk Sermiyer berdiameter sekitar 30 cm ini dijual seharga 1.500 rupiah saja.
Serabinya sendiri ternyata ada beberapa tipe, tipe tawar dan tipe manis. Yang tawar, permukaan serabi hanya berwarna putih atau hijau, sedangkan yang manis permukaannya ada warna coklat karena dicampur dengan sedikit gula jawa.Serabi Ngampin banyak dijual di kedai-kedai kecil berderet sepanjang jalan Mgr Soegiyopranoto, atau lebih dikenal dengan jalan raya Ambarawa-Semarang. Kedai-kedai mungil ini berdiri di sekitar kantor kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Dinamakan Serabi Ngampin karena memang serabi ini dijual di daerah Ngampin, Ambarawa. Serabi ini juga sering disebut dengan Serabi Kucur karena penggunaan kuah santan manis tadi.
Di dalam ruang kedai kayu berukuran sekitar 1½ x 1½ meter ini saya menemukan sebuah meja dan 2 buah tungku tanah liat berbahan bakar kayu. Serabi-serabi yang sudah matang diletakkan dalam sebuah nampan yang ditutup dengan plastik mengerucut ke atas. Fungsinya selain untuk melindungi serabi dari asap kendaraan yang lewat di depannya juga untuk menarik perhatian.
Satu porsi Serabi Ngampin berisi 4 buah serabi yang diletakkan di dalam mangkok kemudian diguyur dengan santan manis yang masih hangat. Weh, seger banget! Weh..
Santan yang ndak terlalu manis bercampur dengan serabi tawar yang empuk dan halus memberikan sensasi tersendiri. Seger tenan! Ternyata serabi ini dimasak dengan cara yang tradisional dan unik. Serabi dimasak dengan wajan kecil yang terbuat dari tanah liat. Wajan ini kemudian diletakkan di atas tungku tanah liat pula yang berbahan bakar kayu.
Penggunaan tanah liat dan bahan bakar kayu ini tentu ada alasannya. Kayu bakar mampu menghasilkan panas yang tetap dan stabil bila dibandingkan dengan kompor. Tanah liat juga menghantarkan panas dengan unik, sehingga serabi akan matang dengan pas dan ndak mudah gosong. Adonan tepung beras dituang ke dalam wajan dengan menggunakan sendok sayur kecil. Kemudian wajan tanah liat tadi ditutup dengan penutup berbentuk seperti piring terbalik yang juga terbuat dari tanah liat. Ndak lama, sekitar 3 menitan, serabi pun matang lalu diangkat dengan menggunakan sendok kayu (sothil). Serabi pun merekah seketika saat diangkat dari wajan. Lubang-lubang kecil di permukaan serabi terbentuk akibat uap yang terlepas dari adonan serabi. Bau harum pun langsung tercium. Dengan cekatan, ibu penjual meletakkannya ke dalam nampan kerucut tadi. Konon para penjual serabi ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Walau makanan ini khas Ambarawa, namun serabi ini hanya dijual di daerah Ngampin. Menikmati seporsi Serabi Ngampin itu hanya 2.500 rupiah saja. Sebagai oleh-oleh, selain serabi ada Kerupuk Sermiyer yang juga dijual di kedai itu. Kerupuk Sermiyer adalah kerupuk yang terbuat dari singkong. Kerupuk ini sangat tipis dan garing, sehingga mudah remuk. Kerupuk Sermiyer berdiameter sekitar 30 cm ini dijual seharga 1.500 rupiah saja.
gurihnya..
BalasHapus