Tanggal 21 November 1945 Tentara sekutu mengundurkan diri dari Magelang (setelah digempur oleh pasukan TKR) menuju Ambarawa dikejar oleh Resimen Sarbini dengan Batalyon Suryosumpeno, A.Yani dan Kusen. Karena serangan dan penghadangan TKR, sekutu baru bisa masuk Ambarawa tanggal 22 November 1945 jam 21.00. Yon Imam Adrongi (Purwokerto) dan Yon Sugeng Tirtosewoyo (Cilacap) ikut mengejar sampai Tempuran. Kie Suja'i dari Imam Adrongi bergerak menuju Banyubiru dan lainnya pada tanggal 23 November 1945 maju terus sampai desa Dumber bersama TRM pimpinan Bung Tarjo.
Yon Suharto, Yon Sarjono dan Yon Sugeng mengambil posisi di sebelah Timur jalan, Yon Imam Adrongi di sebelah kiri jalan untuk merebut pertahanan musuh di pekuburan Belanda dan terjadilah pertempuran sengit.
Sekutu mengerahkan pesawat terbangnya dan menggunakan pasukan Jepang yang dikawal oleh lapis baja (tank) sehingga kita sementara terpaksa mengundurkan diri ke Bedono.
Setelah bantuan Dan Resimen Sarbini, Yon Pranotorekso Samodro, Polisi Istimewa pimpinan Onie Sastroamijoyo dan Barisan Macan dari Yogya tiba, maka pasukan TKR maju sampai desa Jambu.
Kolonel Holand Iskandar membentuk MPP (Markas Pimpinan Pertempuran) berkedudukan di Jendralan (Magelang), Ambarawa dibagi 4 sektor: Utara, Selatan, Timur dan Barat. Satu-satunya penghubung sekutu yang paling aman adalah lewat udara karena pos-pos mereka antara Ambarawa - Semarang telah kita hancurkan.
Untuk memperkuat komando pertempuran Divisi V, maka Kolonel Sudirman mengirim Letkol Isdiman (Dan Men 1 Div V) ke medan Ambarawa.
Tanggal 25 November 1945 Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa karena serangan udara sekutu di desa Kali... (sorry tulisannya ngga begitu jelas, ntar dech diliat lagi).
Dengan gugurnya Letkol Isdiman tsb maka Kolonel Sudirman ikut terjun ke medan laga Ambarawa. Dengan terjunnya Kolonel Sudirman di Palagan Ambarawa memberikan nafas baru dalam: koordinasi, konsolidasi, gerakan makin nyata, pengepungan makin kuat, penyusupan makin menghebat, penghadangan makin rapi.
Dan sektor Bandungan Letkol M. Sarbini memerintahkan Mayor Suyoto sebagai Dan TKR Temanggung dengan kekuatan 1 Ton + Barisan Rakyat Bandungan sampai Pimpingan Taslim untuk menindas pos sekutu di Lemahabang dengan tujuan: agar sektor Bandungan terhindar dari sergapan pasukan sekutu dan mematahkan jalur logistik sekutu dari Semarang menuju Ambarawa.
Tanggal 28 November 1945 Mayor Suyoto beserta 21 orang anggota pasukannya gugur sebagai kusuma bangsa dengan heroik dalam pertempuran di sekitar Lemahabang melawan tank sekutu hanya dengan bersenjata pistol dan bambu runcing.
Tanggal 5 Desember 1945 benteng Banyubiru jatuh ke tangan TKR
Tanggal 9 Desember 1945 lapangan terbang Kalibanteng (sekarang PUAD A. Yani) jatuh ke tangan TKR hingga bantuan logistik sekutu untuk Ambarawa terputus sama sekali.
Tanggal 11 Desember 1945 Kolonel Sudirman sebagai koordinator pertempuran mengadakan pertemuan dengan sektor untuk merundingkan bagaimana caranya mengusir sekutu secepatnya dari Ambarawa. Dalam pertemuan itu tercetus keputusan: pendadakan serentak di tiap sektor, komando penyerangan dipegang Dan Sektor TKR, pasukan/badan perjuangan sebagai barisan belakang, serangan mulai besok pagi jam 04.30 tepat.
Tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 tepat serangan serentak dimulai dari segala jurusan, jam 06.00 pasukan kita telah dapat menghimpit pasukan musuh. Gerakan itu kita kenal dengan gerakan 'Supit Urang'. Setelah bertempur mati-matian selama 4 hari 4 malam, maka pertahanan musuh di Ambarawa pecah.
Tanggal 15 Desember 1945 pasukan sekutu mengundurkan diri dari front Ambarawa menuju Semarang dan terus digempur oleh pasukan kita.
Peranan unsur supply sangat penting dalam Palagan Ambarawa ini, dengan adanya dapur umum. Dikirim ke garis depan oleh petugas khusus, berwujud 'Nuk' nasi besekan ataupun dibungkus dengan daun pisang atau jati.
Yon Suharto, Yon Sarjono dan Yon Sugeng mengambil posisi di sebelah Timur jalan, Yon Imam Adrongi di sebelah kiri jalan untuk merebut pertahanan musuh di pekuburan Belanda dan terjadilah pertempuran sengit.
Sekutu mengerahkan pesawat terbangnya dan menggunakan pasukan Jepang yang dikawal oleh lapis baja (tank) sehingga kita sementara terpaksa mengundurkan diri ke Bedono.
Setelah bantuan Dan Resimen Sarbini, Yon Pranotorekso Samodro, Polisi Istimewa pimpinan Onie Sastroamijoyo dan Barisan Macan dari Yogya tiba, maka pasukan TKR maju sampai desa Jambu.
Kolonel Holand Iskandar membentuk MPP (Markas Pimpinan Pertempuran) berkedudukan di Jendralan (Magelang), Ambarawa dibagi 4 sektor: Utara, Selatan, Timur dan Barat. Satu-satunya penghubung sekutu yang paling aman adalah lewat udara karena pos-pos mereka antara Ambarawa - Semarang telah kita hancurkan.
Untuk memperkuat komando pertempuran Divisi V, maka Kolonel Sudirman mengirim Letkol Isdiman (Dan Men 1 Div V) ke medan Ambarawa.
Tanggal 25 November 1945 Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa karena serangan udara sekutu di desa Kali... (sorry tulisannya ngga begitu jelas, ntar dech diliat lagi).
Dengan gugurnya Letkol Isdiman tsb maka Kolonel Sudirman ikut terjun ke medan laga Ambarawa. Dengan terjunnya Kolonel Sudirman di Palagan Ambarawa memberikan nafas baru dalam: koordinasi, konsolidasi, gerakan makin nyata, pengepungan makin kuat, penyusupan makin menghebat, penghadangan makin rapi.
Dan sektor Bandungan Letkol M. Sarbini memerintahkan Mayor Suyoto sebagai Dan TKR Temanggung dengan kekuatan 1 Ton + Barisan Rakyat Bandungan sampai Pimpingan Taslim untuk menindas pos sekutu di Lemahabang dengan tujuan: agar sektor Bandungan terhindar dari sergapan pasukan sekutu dan mematahkan jalur logistik sekutu dari Semarang menuju Ambarawa.
Tanggal 28 November 1945 Mayor Suyoto beserta 21 orang anggota pasukannya gugur sebagai kusuma bangsa dengan heroik dalam pertempuran di sekitar Lemahabang melawan tank sekutu hanya dengan bersenjata pistol dan bambu runcing.
Tanggal 5 Desember 1945 benteng Banyubiru jatuh ke tangan TKR
Tanggal 9 Desember 1945 lapangan terbang Kalibanteng (sekarang PUAD A. Yani) jatuh ke tangan TKR hingga bantuan logistik sekutu untuk Ambarawa terputus sama sekali.
Tanggal 11 Desember 1945 Kolonel Sudirman sebagai koordinator pertempuran mengadakan pertemuan dengan sektor untuk merundingkan bagaimana caranya mengusir sekutu secepatnya dari Ambarawa. Dalam pertemuan itu tercetus keputusan: pendadakan serentak di tiap sektor, komando penyerangan dipegang Dan Sektor TKR, pasukan/badan perjuangan sebagai barisan belakang, serangan mulai besok pagi jam 04.30 tepat.
Tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 tepat serangan serentak dimulai dari segala jurusan, jam 06.00 pasukan kita telah dapat menghimpit pasukan musuh. Gerakan itu kita kenal dengan gerakan 'Supit Urang'. Setelah bertempur mati-matian selama 4 hari 4 malam, maka pertahanan musuh di Ambarawa pecah.
Tanggal 15 Desember 1945 pasukan sekutu mengundurkan diri dari front Ambarawa menuju Semarang dan terus digempur oleh pasukan kita.
Peranan unsur supply sangat penting dalam Palagan Ambarawa ini, dengan adanya dapur umum. Dikirim ke garis depan oleh petugas khusus, berwujud 'Nuk' nasi besekan ataupun dibungkus dengan daun pisang atau jati.
pak dok, iki Hendra..
BalasHapusisiny blog kayak blog q..
ardhanrastafara.blogspot.com..
Terimakasih Kiwalet, atas pengetahuan dan sejarah tentang Kakek saya Mbah Imam Adrongi, semoga dapat menjadi inspirasi kami sekeluarga dan masyarakat se Indonesia.🙏🙏🙏
BalasHapus